Disusun oleh : Witry Yulia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-YDI)
LUBUK
SIKAPING
Tahun pelajaran 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji hanya bagi Allah seru sekian alam. Shalawat dan salam semoga tetap
dicurahkan kepada Rasulullah Rahmat bagi alam semesta, para sahabat, keluarga
dan umatnya.
Makalah
ini berjudul psikologi umum tentang perasaan dan
emosional intelegensi. Di dalamnya disajikan dari bab I
sampai bab III. Bab I yaitu pendahuluan di dalamnya
latar belakang, mengambarkan secara umum makalah ini dan tujuan adalah
menjelaskan keinginan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini. Bab II
adalah membahas tentang perasaan dan emosional intelegensi
secara detail, untuk kesimpulan pada makalah ini disajikan pada Bab III
yaitu menyimpulkan isi dari makalah ini dan menjawab tujuan.
Makalah
psikologi umum tentang perasaan dan emosional intelegensi ini
semoga bermamfaat, terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Lubuk
Sikaping, 07 Desember 2011
Penulis
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Selain itu dalam
pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di tinjau secara
fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi
tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam psikologis, perasaan
mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Makna penilaian
ini tampak misalnya “ Saya rasa nanti sore hari akan hujan. Macam-macam
perasaan Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu Perasaan
pengindraan, Perasaan vital, Perasaan psikis, Perasaan pribadi, dan menurut W.
Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut : Perasaan yang
bersangkutan dengan masa kini, Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau,
Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, Sedangkan menurut Drs.
Agus Sujanto membagi rumpun perasaan sebagai berikut : Perasaan rendah
(biologis), Perasaan luhur (rohani).
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi adalah suatu perasaan ingin melebihi dari sifat individu terhadap
suatu objek sehingga cendrung berupaya untuk mengekpresikan dan
mengaplikasikannya. Macam-Macam Emosi takut, Khawatir, Marah, Sebal, Frustrasi, Cemburu, Iri Hati, Dukacita, Afeksi atau Sayang, Bahagia.
Intelegensi adalah kemampuan seseorang berfikir untuk memahami sesuatu
dengan akal pikiran. Menurut arah atau hasilnya intelegensi ada dua macam : Intelegensi
praktis, intelegensi teoritis. Jadi Emosional
Intelegensi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan pikiran dengan perasaan sehingga hubungan antar
individu bisa terkendali. Emosional intelegensi menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul
dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Tujuan
a. Mengetahui pengertian perasaan
b. Mengetahui
macam-macam perasaan
c. Mengetahui apa yang dimaksud emosional intelegensi
BAB
II
PERASAAN DAN EMOSIONAL INTELEGENSI
1.
Pengertian Perasaan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat
subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung
kepada perangsang dan alat-alat indra. Sedangkan menurut Prof. Hukstra,
perasaan adalah suatu fungsi jiwa yang dapat mempertimbangkan dan mengukur
sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang[1].
Sementara menurut Koentjaraningrat perasaan adalah suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan
positif dan negatif[2].
Selain itu dalam pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di
tinjau secara fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah
satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam psikologis,
perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Makna
penilaian ini tampak misalnya “ Saya rasa nanti sore hari akan hujan”[3].
Perasaan selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilaian tadi biasanya
menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seseorang individu. Kehendak itu
bisa positif artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya
suatu yang memberikan kenikmatan kepadanya, atau juga bisa negatif artinya ia
hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan
tidak nikmat kepadanya.
2.
Macam-macam perasaan
Dalam mempelajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian perasaan yang dilakukan oleh para ahli. Menurut Max
Scheler membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu[4] :
a. Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengindraan
misalnya : rasa panas, dingin dan sakit.
b. Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh
misalnya : rasa lesu, segar.
c. Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-perubahan psikis
misalnya : rasa senang, sedih.
d. Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dialami secara pribadi misalnya :
perasaan terasing.
W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut[5] :
a. Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya perasaan senang yang
diperlihatkan masa sekarang dalam hubungan
dengan ransangan-ransangan yang dialami pada waktu sekarang juga.
b. Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, misalnya perasaan senang
pada waktu sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa di masa lampau.
c. Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, misalnya perasaan
senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang.
Perasaaan dapat digolongkan dua menurut keadaan perasaan
seseorang yaitu[6]
:
a. Golongan Eukoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa senang, gembira
dan optimis.
b. Golongan Diskoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa tidak senang,
murung dan pesimis.
Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun
perasaan sebagai berikut[7] :
a.
Perasaan rendah (biologis) terdiri atas :
1. Perasaan keinderaan (sensoris), ialah perasaan yang timbul waktu indera
kita menerima ransangan.
2. Perasaan vital (kehidupan), ialah perasaan yang bergantung kepada keadaan
tubuh kia sesewaktu, misalnya merasa senang sekali karena sehat.
3. Perasaan tanggapan, ialah perasaan yang mengiringi apabila kita menanggap
sesuatu atau keadaan, misalnya seorang prajurit masih merasa senang sekali
kalau ia ingat betapa sang saka berkibar dengan megahnya.
4. Perasaan instink, ialah perasaan yang mengiringi sesuatu instink yang
sedang timbul, misalnya kita akan merasa senang, kalau pada saat makan, di meja
makan selalu tersedia hidangan yang berganti-gantian.
b.
Perasaan luhur (rohani) terdiri atas :
1.
Perasaan keindahan, ada dua macam : perasaan keindahan
negatif, ialah perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang buruk.
Perasaan keindahan yang positif, ialah perasaan keindahan yang timbul kalau
kita mengindera sesuatu yang baik.
2.
Perasaan intelek, ialah perasaan yang timbul sebagai
akibat dari hasil intelek, misalnya kalau kita dapat memecahkan sesuatu yang
sulit, timbul rasa senang dan sebaliknya.
3.
Perasaan kesusilaan, ialah perasaan yang timbul karena
indera kita menerima peransang susila atau jahat.
4.
Perasaan ketuhanan, ialah perasaan yang timbul dalam
mengetahui adanya tuhan. Misalnya orang akan merasa bahagia kalau ia merasa
bahwa tuhan selalu melindungi dan dekat padanya.
5.
Perasaan diri, ini ada dua macam : positif dan negatif.
Perasaan diri positif adalah perasaan yang timbul bila ia dapat berbuat sama
atau lebih dari orang lain. Perasaan diri negatif adalah perasaan yang timbul
kalau tidak dapat berbuat seperti atau mendekati orang lain.
6.
Perasaan simpati, ialah perasaan yang timbul karena orang
lain mengalami rasa senang atau tidak senang.
7.
Perasaan sosial, ialah perasaan yang timbul karena
melihat keadaan masyarakat.
3.
Emosional Intelegensi
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi adalah suatu perasaan ingin melebihi dari sifat individu terhadap
suatu objek sehingga cendrung berupaya untuk mengekpresikan dan
mengaplikasikannya. Sedangkan menurut William James, emosi adalah kecendrungan
untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam
lingkungannya[8].
Selain itu Crow & Crow mengemungkakan tentang emosi yaitu suatu keadaan
yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjusment
(penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan individu[9].
Macam-Macam
Emosi
a.
Takut:
Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu,
biasanya kondisi ketakutan pada suatu obyek yang nyata. Misalnya, takut berada
di tempat yang gelap atau sepi.
b.
Khawatir:
Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih bersifat imajiner atau
khayalan. Dalam pikiran dan keyakinan kita diyakini konkret keberadaannya.
Kekhawatiran muncul kalau intensitas ketakutan meningkat. Misalnya, khawatir
kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus ujian.
c.
Marah:
Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakukan tidak adil
atau tidak menyenangkan dalam interaksi sosial. Marah membuat kita menjadi
tertekan. Saat kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan tekanan darah
naik. Napas pun tersengal dan pendek, otot menegang.
d.
Sebal:
Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan
kemarahan dan cenderung tidak menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul
berkaitan dengan hubungan antarpribadi, misalnya kita sebal melihat tingkah
teman atau si pacar yang enggak perhatian.
e.
Frustrasi:
Frustrasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam
pemenuhan kebutuhannnya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya
sendiri. Konsekuensi frustrasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Kita
dianggap mampu memberikan respons positif terhadap rasa frustrasi kalau mampu
memahami sumber-sumber frustrasi dengan logis. Namun, reaksi yang negatif juga
dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan verbal, pengalihan kemarahan pada
obyek lain serta penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas hidupnya.
f.
Cemburu:
Cemburu adalah suatu keadaan ketakutan yang diliputi kemarahan. Perasaan ini
muncul didasarkan perasaan tidak aman dan takut status atau posisi kita yang
sangat berarti bagi diri kita akan digantikan oleh orang lain. Yang paling
sering kita alami adalah cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama
orang lain atau sahabat kita mulai dekat dengan teman lain.
g.
Iri
Hati: Emosi ini ditunjukkan pada orang tertentu atau benda yang dimiliki orang
lain. Hal ini bisa menjadi hal yang berat bagi kita karena berkaitan dengan
materi yang juga menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri karena melihat
si A lebih cantik, kaya, populer daripada kita.
h.
Dukacita:
Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi
mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorang
yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan
berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga
depresi.
i.
Afeksi
atau Sayang: Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan obyeknya lebih
luas, memiliki intensitas yang tidak terlalau kuat (tidak sekuat cinta), dan
berkaitan dengan rasa ingin dimiliki dan dicintai.
j.
Bahagia:
Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul
karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses
dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari
terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.
Intelegensi adalah kemampuan seseorang berfikir untuk memahami sesuatu
dengan akal pikiran. L. M. Terman, intelegensi adalah kemampuan berpikir dalam
arti memikirkan hal-hal yang abstrak[10].
Edward Thorndike, intelegensi adalah Kemampuan individu untuk memberikan respon
yang tepat (baik) terhadap stimulasi yang diterimanya[11].
Menurut arah atau hasilnya intelegensi ada dua macam :
a.
Intelegensi praktis ialah intelegensi untuk dapat
mengatasi suatu situasi yang sulit dalam suatu kerja, yang berlansung secara
cepat dan tepat.
b.
Intelegensi teoritis ialah intelegensi untuk dapat
mendapatkan suatu pikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan
tepat.
Emosional Intelegensi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan pikiran dengan perasaan sehingga hubungan antar
individu bisa terkendali. Emosional intelegensi menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul
dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Emosional Intelegensi memiliki lima unsur yaitu kesadaran diri
(self-awareness), penagturan diri (self-regulation), motivasi (motivation),
empati (empathy), dan keterampilan sosial (social skill)[12].
1. Kesadaran diri (self-awareness) : mengetahui apa yang kita rasakan pada
suatu saat, dan mengunakannya untuk memadu mengambil keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang
realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri
meliputi kemampuan :
a.
Kesadaran emosi : mengenali emosi diri sendiri dan
efeknya.
b.
Penilaian diri secara teliti : mengetahui kekuatan dan
batas-batas diri sendiri.
c.
Percaya diri : keyakinan tentang harga diri dan kemampuan
diri.
2. Pengaturan diri (self-regulation) : menangani emosi kita sedemikian rupa
sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati
dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapai suatu sasaran, mampu segera
pulih kembali dari tekanan emosi. Pengaturan diri meliputi kemampuan :
a.
Mengendalikan diri (self control) : mengelola emosi dan
desakan hati yang merusak.
b.
Sifat dapat dipercaya (trustworhtiness) : memelihara
norma kejujuran dan integritas.
c.
Kehati-hatian (counciousness) : bertanggung jawab atas
kinerja pribadi.
d.
Adaptabilitas (adaptability) : keluwesan dalam menghadapi
perubahan.
e.
Inovasi (innovation) : mudah menerima dan terbuka
terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
3. Motivasi (motivation) : mengunakan hasrat yang paling dalam untuk
mengerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan
bertindak secara efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan
frustasi. Kecendrungan emosi yang
mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran meliputi :
a.
Dorongan prestasi (achievement drive) : dorongan untuk
menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b.
Komitmen (commitment) : kemampuan menyesuaikan diri
dengan sasaran kelompok atau lembaga.
c.
Inisiatif (initiative) : kesiapan untuk memamfaatkan
kesempatan.
d.
Optimisme (Optimism) : kegigihan dalam memperjuangkan
sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
4. Empati (empathy) : merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami
perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan orang lain. Kemampuan ini meliputi :
a.
Memahami orang lain (understanding others) : mengindera
perasaan dan perspektif orang dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan
mereka.
b.
Mengembangkan orang lain (developing others) : merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.
c.
Orientasi pelayanan (service orientation) : kemampuan
mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
d.
Memamfaatkan keragaman (leveraging diversity) : kemampuan
menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan orang lain.
e.
Kesadaran politis (political awareness) : mampu membaca
arus emosi sebuah kelompok dan hubungan dengan kekuasaan.
5. Keterampilan sosial (social skill) : menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan
sosial. Dalam berinteraksi dengan orang lain keterampilan ini dapat
dipergunakan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan
masalah dan bekerja sama dalam tim. Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang
dikehendaki pada orang lain meliputi :
a.
Pengaruh (influence) : melakukan taktik u tuk melakukan
persuasi.
b.
Komunikasi (communication) : mengirim pesan yang jelas
dan meyakinkan.
c.
Manajemen konflik (conflict management) : kemampuan
melakukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat.
d.
Kepemimpinan (leardership) : membangkitkan inspirasi dan
memadu kelompok dan orang lain.
e.
Katasilator perubahan (change catalyst) : kemampuan
memulai dan mengelola perubahan.
f.
Membangun hubungan (building bonds) : kemampuan
menumbuhkan hubungan yang bermamfaat.
g.
Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation)
: kemampuan bekerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
h.
Kemampuan tim (team capability) : menciptakan sinergi
kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
BAB III
KESIMPULAN
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat
subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung
kepada perangsang dan alat-alat indra. Macam-macam perasaan Menurut Max Scheler
membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu Perasaan pengindraan, Perasaan
vital, Perasaan psikis, Perasaan pribadi, dan menurut W. Stren mengadakan
pembagian perasaan sebagai berikut : Perasaan yang bersangkutan dengan masa
kini, Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, Perasaan yang bersangkutan
dengan masa yang akan datang, Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi
rumpun perasaan sebagai berikut : Perasaan rendah (biologis), Perasaan luhur
(rohani).
Emosional Intelegensi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan pikiran dengan perasaan sehingga hubungan antar
individu bisa terkendali. Emosional intelegensi menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul
dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Mustaqim, 2001, Psikologi Pendidikan. Pustaka Pelajar.
Semarang.
Sobur. A, 2003. Psikologi Umum.
Pustaka Setia. Bandung.
Sujanto. A, 1979. Psikologi
Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar