BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 18 September 2013

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM Tentang PERASAAN DAN EMOSIONAL INTELEGENSI



MAKALAH PSIKOLOGI UMUM Tentang PERASAAN DAN EMOSIONAL INTELEGENSI

Disusun oleh : Witry Yulia


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-YDI)
LUBUK SIKAPING
Tahun pelajaran 2011/2012


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seru sekian alam. Shalawat dan salam semoga tetap dicurahkan kepada Rasulullah Rahmat bagi alam semesta, para sahabat, keluarga dan umatnya.
Makalah ini berjudul psikologi umum tentang perasaan dan emosional intelegensi. Di dalamnya disajikan dari bab I sampai bab III. Bab I yaitu pendahuluan di dalamnya latar belakang, mengambarkan secara umum makalah ini dan tujuan adalah menjelaskan keinginan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini. Bab II adalah membahas tentang perasaan dan emosional intelegensi secara detail, untuk kesimpulan pada makalah ini disajikan pada Bab III yaitu menyimpulkan isi dari makalah ini dan menjawab tujuan.
Makalah psikologi umum tentang perasaan dan emosional intelegensi ini semoga bermamfaat, terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.


Lubuk Sikaping, 07 Desember 2011

 
   Penulis








BAB I

PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Selain itu dalam pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di tinjau secara fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Makna penilaian ini tampak misalnya “ Saya rasa nanti sore hari akan hujan. Macam-macam perasaan Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu Perasaan pengindraan, Perasaan vital, Perasaan psikis, Perasaan pribadi, dan menurut W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut : Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun perasaan sebagai berikut : Perasaan rendah (biologis), Perasaan luhur (rohani).
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi adalah suatu perasaan ingin melebihi dari sifat individu terhadap suatu objek sehingga cendrung berupaya untuk mengekpresikan dan mengaplikasikannya. Macam-Macam Emosi takut, Khawatir, Marah, Sebal, Frustrasi, Cemburu, Iri Hati, Dukacita, Afeksi atau Sayang, Bahagia.
Intelegensi adalah kemampuan seseorang berfikir untuk memahami sesuatu dengan akal pikiran. Menurut arah atau hasilnya intelegensi ada dua macam : Intelegensi praktis, intelegensi teoritis. Jadi  Emosional Intelegensi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan pikiran  dengan perasaan sehingga hubungan antar individu bisa terkendali. Emosional intelegensi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.



2.      Tujuan
a.       Mengetahui pengertian perasaan
b.      Mengetahui macam-macam perasaan
c.       Mengetahui apa yang dimaksud emosional intelegensi





 





BAB II

PERASAAN DAN EMOSIONAL INTELEGENSI

1.      Pengertian Perasaan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung kepada perangsang dan alat-alat indra. Sedangkan menurut Prof. Hukstra, perasaan adalah suatu fungsi jiwa yang dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang[1].
Sementara menurut Koentjaraningrat perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif[2]. Selain itu dalam pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di tinjau secara fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Makna penilaian ini tampak misalnya “ Saya rasa nanti sore hari akan hujan”[3]. 
Perasaan selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilaian tadi biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seseorang individu. Kehendak itu bisa positif artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya suatu yang memberikan kenikmatan kepadanya, atau juga bisa negatif artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya.
    
2.      Macam-macam perasaan
Dalam mempelajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian perasaan  yang dilakukan oleh para ahli. Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu[4] :
a.       Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengindraan misalnya : rasa panas, dingin dan sakit.
b.      Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh misalnya : rasa lesu, segar.
c.       Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-perubahan psikis misalnya : rasa senang, sedih.
d.      Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dialami secara pribadi misalnya : perasaan terasing.
W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut[5] :
a.       Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya perasaan senang yang diperlihatkan masa sekarang  dalam hubungan dengan ransangan-ransangan yang dialami pada waktu sekarang juga.
b.      Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, misalnya perasaan senang pada waktu sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa di masa lampau.
c.       Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, misalnya perasaan senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang.
Perasaaan dapat digolongkan dua menurut keadaan perasaan seseorang yaitu[6] :
a.       Golongan Eukoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa senang, gembira dan optimis.
b.      Golongan Diskoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa tidak senang, murung dan pesimis.
Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun perasaan sebagai berikut[7] :
a.         Perasaan rendah (biologis) terdiri atas :
1.      Perasaan keinderaan (sensoris), ialah perasaan yang timbul waktu indera kita menerima ransangan.
2.      Perasaan vital (kehidupan), ialah perasaan yang bergantung kepada keadaan tubuh kia sesewaktu, misalnya merasa senang sekali karena sehat.
3.      Perasaan tanggapan, ialah perasaan yang mengiringi apabila kita menanggap sesuatu atau keadaan, misalnya seorang prajurit masih merasa senang sekali kalau ia ingat betapa sang saka berkibar dengan megahnya.
4.      Perasaan instink, ialah perasaan yang mengiringi sesuatu instink yang sedang timbul, misalnya kita akan merasa senang, kalau pada saat makan, di meja makan selalu tersedia hidangan yang berganti-gantian.

b.        Perasaan luhur (rohani) terdiri atas :
1.         Perasaan keindahan, ada dua macam : perasaan keindahan negatif, ialah perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang buruk. Perasaan keindahan yang positif, ialah perasaan keindahan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang baik.
2.         Perasaan intelek, ialah perasaan yang timbul sebagai akibat dari hasil intelek, misalnya kalau kita dapat memecahkan sesuatu yang sulit, timbul rasa senang dan sebaliknya.
3.         Perasaan kesusilaan, ialah perasaan yang timbul karena indera kita menerima peransang susila atau jahat.
4.         Perasaan ketuhanan, ialah perasaan yang timbul dalam mengetahui adanya tuhan. Misalnya orang akan merasa bahagia kalau ia merasa bahwa tuhan selalu melindungi dan dekat padanya.
5.         Perasaan diri, ini ada dua macam : positif dan negatif. Perasaan diri positif adalah perasaan yang timbul bila ia dapat berbuat sama atau lebih dari orang lain. Perasaan diri negatif adalah perasaan yang timbul kalau tidak dapat berbuat seperti atau mendekati orang lain.
6.         Perasaan simpati, ialah perasaan yang timbul karena orang lain mengalami rasa senang atau tidak senang.
7.         Perasaan sosial, ialah perasaan yang timbul karena melihat keadaan masyarakat.   

3.      Emosional Intelegensi
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi adalah suatu perasaan ingin melebihi dari sifat individu terhadap suatu objek sehingga cendrung berupaya untuk mengekpresikan dan mengaplikasikannya. Sedangkan menurut William James, emosi adalah kecendrungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya[8]. Selain itu Crow & Crow mengemungkakan tentang emosi yaitu suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjusment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu[9].
Macam-Macam Emosi
a.         Takut: Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu, biasanya kondisi ketakutan pada suatu obyek yang nyata. Misalnya, takut berada di tempat yang gelap atau sepi.
b.        Khawatir: Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih bersifat imajiner atau khayalan. Dalam pikiran dan keyakinan kita diyakini konkret keberadaannya. Kekhawatiran muncul kalau intensitas ketakutan meningkat. Misalnya, khawatir kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus ujian.
c.         Marah: Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakukan tidak adil atau tidak menyenangkan dalam interaksi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan pendek, otot menegang.
d.        Sebal: Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan kemarahan dan cenderung tidak menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul berkaitan dengan hubungan antarpribadi, misalnya kita sebal melihat tingkah teman atau si pacar yang enggak perhatian.
e.         Frustrasi: Frustrasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannnya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustrasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Kita dianggap mampu memberikan respons positif terhadap rasa frustrasi kalau mampu memahami sumber-sumber frustrasi dengan logis. Namun, reaksi yang negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan verbal, pengalihan kemarahan pada obyek lain serta penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas hidupnya.
f.          Cemburu: Cemburu adalah suatu keadaan ketakutan yang diliputi kemarahan. Perasaan ini muncul didasarkan perasaan tidak aman dan takut status atau posisi kita yang sangat berarti bagi diri kita akan digantikan oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama orang lain atau sahabat kita mulai dekat dengan teman lain.
g.         Iri Hati: Emosi ini ditunjukkan pada orang tertentu atau benda yang dimiliki orang lain. Hal ini bisa menjadi hal yang berat bagi kita karena berkaitan dengan materi yang juga menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri karena melihat si A lebih cantik, kaya, populer daripada kita.
h.        Dukacita: Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.
i.           Afeksi atau Sayang: Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan obyeknya lebih luas, memiliki intensitas yang tidak terlalau kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan rasa ingin dimiliki dan dicintai.
j.          Bahagia: Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.
Intelegensi adalah kemampuan seseorang berfikir untuk memahami sesuatu dengan akal pikiran. L. M. Terman, intelegensi adalah kemampuan berpikir dalam arti memikirkan hal-hal yang abstrak[10]. Edward Thorndike, intelegensi adalah Kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat (baik) terhadap stimulasi yang diterimanya[11]. Menurut arah atau hasilnya intelegensi ada dua macam :
a.         Intelegensi praktis ialah intelegensi untuk dapat mengatasi suatu situasi yang sulit dalam suatu kerja, yang berlansung secara cepat dan tepat.
b.         Intelegensi teoritis ialah intelegensi untuk dapat mendapatkan suatu pikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat.

Emosional Intelegensi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan pikiran  dengan perasaan sehingga hubungan antar individu bisa terkendali. Emosional intelegensi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Emosional Intelegensi memiliki lima unsur yaitu kesadaran diri (self-awareness), penagturan diri (self-regulation), motivasi (motivation), empati (empathy), dan keterampilan sosial (social skill)[12].
1.      Kesadaran diri (self-awareness) : mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan mengunakannya untuk memadu mengambil keputusan  diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri meliputi kemampuan :
a.         Kesadaran emosi : mengenali emosi diri sendiri dan efeknya.
b.        Penilaian diri secara teliti : mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
c.         Percaya diri : keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.
2.      Pengaturan diri (self-regulation) : menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapai suatu sasaran, mampu segera pulih kembali dari tekanan emosi. Pengaturan diri meliputi kemampuan :
a.         Mengendalikan diri (self control) : mengelola emosi dan desakan hati yang merusak.
b.        Sifat dapat dipercaya (trustworhtiness) : memelihara norma kejujuran dan integritas.
c.         Kehati-hatian (counciousness) : bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
d.        Adaptabilitas (adaptability) : keluwesan dalam menghadapi perubahan.
e.         Inovasi (innovation) : mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
3.      Motivasi (motivation) : mengunakan hasrat yang paling dalam untuk mengerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Kecendrungan  emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran meliputi :
a.         Dorongan prestasi (achievement drive) : dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b.        Komitmen (commitment) : kemampuan menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.
c.         Inisiatif (initiative) : kesiapan untuk memamfaatkan kesempatan.
d.        Optimisme (Optimism) : kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
4.      Empati (empathy) : merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang lain. Kemampuan ini meliputi :
a.         Memahami orang lain (understanding others) : mengindera perasaan dan perspektif orang dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.
b.        Mengembangkan orang lain (developing others) : merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.
c.         Orientasi pelayanan (service orientation) : kemampuan mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
d.        Memamfaatkan keragaman (leveraging diversity) : kemampuan menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan orang lain.
e.         Kesadaran politis (political awareness) : mampu membaca arus emosi sebuah kelompok dan hubungan dengan kekuasaan.
5.      Keterampilan sosial (social skill) : menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial. Dalam berinteraksi dengan orang lain keterampilan ini dapat dipergunakan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan masalah dan bekerja sama dalam tim. Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain meliputi :
a.         Pengaruh (influence) : melakukan taktik u tuk melakukan persuasi.
b.        Komunikasi (communication) : mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.
c.         Manajemen konflik (conflict management) : kemampuan melakukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat.
d.        Kepemimpinan (leardership) : membangkitkan inspirasi dan memadu kelompok dan orang lain.
e.         Katasilator perubahan (change catalyst) : kemampuan memulai dan mengelola perubahan.
f.         Membangun hubungan (building bonds) : kemampuan menumbuhkan hubungan yang bermamfaat.
g.        Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation) : kemampuan bekerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
h.        Kemampuan tim (team capability) : menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
   





BAB III
KESIMPULAN

Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung kepada perangsang dan alat-alat indra. Macam-macam perasaan Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu Perasaan pengindraan, Perasaan vital, Perasaan psikis, Perasaan pribadi, dan menurut W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut : Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun perasaan sebagai berikut : Perasaan rendah (biologis), Perasaan luhur (rohani).
Emosional Intelegensi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan pikiran  dengan perasaan sehingga hubungan antar individu bisa terkendali. Emosional intelegensi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.







DAFTAR PUSTAKA
Mustaqim, 2001, Psikologi Pendidikan. Pustaka Pelajar. Semarang.
Sobur. A, 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.
Sujanto. A, 1979. Psikologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.





[1] Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, hal : 75
[2] Drs. Alex Sobur, M. Si, Psikologi Umum, hal : 426
[3] Ibid, hal : 427
[4] Ibid, hal : 427
[5] Ibid, hal : 427
[6] Drs. Agus Sujanto, Op cit, hal : 75
[7] Ibid, hal : 76
[8] Drs. Alex Sobur, M. Si, Op cit hal : 399
[9] Ibid, hal : 400
[10] Drs. H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, hal : 103
[11] Drs. Alex Sobur, M. Si, Lok cit hal : 157
[12] Drs. H. Mustaqim, Op cit, hal : 154

0 komentar: