MAKALAH PEMBINAAN KEPRIBADIAN GURU PAI II
Ciri-ciri guru humanis
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-YDI)
LUBUK
SIKAPING
Tahun Pelajaran 2011/2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji hanya bagi Allah seru sekian alam. Shalawat dan salam semoga tetap
dicurahkan kepada Rasulullah Rahmat bagi alam semesta, para sahabat, keluarga
dan umatnya.
Makalah
ini berjudul ciri-ciri guru humanis. Di dalamnya disajikan dari bab I sampai bab
III. Bab I yaitu pendahuluan di dalamnya latar belakang, mengambarkan secara
umum makalah ini dan tujuan adalah menjelaskan keinginan yang akan dicapai
dalam penulisan makalah ini. Untuk Bab II yaitu membahas tentang ciri-ciri guru
humanis secara detail, untuk kesimpulan pada makalah ini disajikan pada Bab III
yaitu menyimpulkan isi dari makalah ini dan menjawab tujuan.
Makalah
ciri-ciri guru humanis semoga bermamfaat, terutama bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
Lubuk Sikaping,
03 Maret 2012
Penulis,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Humanis adalah sebuah pendekatan
psikologis yang menitikberatkan pada masalah-masalah kepentingan manusia,
nilai-nilai, dan martabat manusia. Aplikasi
humanis lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanis
adalah menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Menurut Rogers (dalam Palmer 2003), pendidikan menuntut perlunya perilaku guru
yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya
dan nyaman, dan membangun hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk
mencapai aktualisasi diri. Proses pembelajaran yang baik menurut Purkey &
Novak (dalam Eggen & Kauchak, 1997) adalah proses yang mengundang siswa
untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu dan bernilai, mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada
mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.
Uraian tersebut menunjukkan pentingnya
menilai dan menerima anak secara positif,
membangun hubungan dan kepercayaan siswa, dan mengembangkan pembelajaran
yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi dirinya. Di sisi lain,
keadaan yang sering kita jumpai justru seringkali menempatkan siswa dalam
posisi tidak berarti, selalu salah, dan hubungan “guru benar dan siswa salah”.
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian guru humanis
2. Mengetahui ciri-ciri guru humanis
BAB II
CIRI-CIRI GURU
HUMANIS
Pengertian
humanis yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan
mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang
disepakati mengenai kata humanistik dalam pendidikan. Dalam artikel “What is
Humanistik Education”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru
dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini
menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanis biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan
positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang
hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan,
keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan
pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas
ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain
menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran
humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik
untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman,
berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk
melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal
yang bisa dilakukan manusia, Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk
melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik.
Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan
humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies
lain. Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah
“penguasaan diri” sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia
(humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk
tercapainya pendidikan yang mamanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta didik
mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan
demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa.
Aplikasi
humanis lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanis
adalah menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Jadi
Humanis adalah sebuah pendekatan psikologis yang menitikberatkan pada
masalah-masalah kepentingan manusia, nilai-nilai, dan martabat manusia.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas,
guru humanis, adalah tindakan guru baik bahasa verbal dan non verbal yang
menghargai kapasitas siswa dan memperlakukan siswa dengan rasa hormat dan
empati sesuai karakteristik masing-masing.
Menurut Rogers (dalam Palmer 2003),
pendidikan menuntut perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai
potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, dan membangun
hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Proses
pembelajaran yang baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen & Kauchak,
1997) adalah proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang
yang mampu dan bernilai, mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada
mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.
Sebaik apapun konsep pendidikan, yang
paling menentukan adalah bagaimana implementasi di lapangan. Sikap dan tindakan
guru sebagai pelaksana pendidikan adalah tema yang perlu diperhatikan secara
serius.
Perilaku mengajar yang humanis terkait
dengan aliran Humanism, yaitu sebuah pendekatan psikologis yang menitikberatkan
pada masalah-masalah kepentingan manusia, nilai-nilai, dan martabat manusia
(Kartono & Gulo, 2000) Berdasarkan uraian Prof. Dr. Djohar (dalam Alimi dan
Zaidie, 1996), penulis menyimpulkan bahwa Perilaku yang humanis adalah perilaku yang memanusiakan siswa
dengan menghargai martabat dan memperlakukan sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam proses pendidikan
dibutuhkan rasa hormat yang positif, empati, dan suasana yang harmonis/tulus,
untuk mencapai perkembangan yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri.
Salah
satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu
empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang
fasilitatif adalah :
1.
Merespon perasaan siswa
2.
Menggunakan ide-ide siswa untuk
melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.
Berdialog dan berdiskusi dengan
siswa
4.
Menghargai siswa
5.
Kesesuaian antara perilaku dan
perbuatan
6.
Menyesuaikan isi kerangka berpikir
siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.
Tersenyum pada siswa
Carl Rogers menyatakan pentingnya
penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan yang nyaman antara terapis
dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan klien untuk mencapai
aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi ajaran tersebut dalam
bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai
potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, hubungan
dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Pengajaran yang baik adalah “proses yang
mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan
mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat
sesuai dengan persepsi dirinya tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen &
Kauchak, 1997).
Pendekatan mengajar yang humanis adalah
mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan
siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau
mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan tidak hanya menghargai
potensi akademik, memberi keamanan psikologis,
memberi pengalaman sukses kepada siswa; untuk aktivitas-aktivitas
kreatif guru tidak banyak memberikan aturan,
menceritakan pengalaman, menulis cerita, menghargai usaha, imaginasi,
fantasi dan inovasi siswa, stimulasi banyak buku bacaan, dan memberikan
aktivitas brainstorming.
BAB III
KESIMPULAN
Guru humanis adalah tindakan guru baik
bahasa verbal dan non verbal yang menghargai kapasitas siswa dan memperlakukan
siswa dengan rasa hormat dan empati sesuai karakteristik masing-masing.
Dari beberapa pendapat yang dijelaskan pada
pembahasan dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri guru humanis adalah guru yang memiliki rasasa cinta dan sayang yang tergambar
pada senyuman, memiliki rasa humor, kesesuaian antara perilaku dan perbuatan, adil, menarik/contoh tauladan yang baik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa
dengan mudah dan wajar, mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk
mementapkan kebutuhan segera dari siswa), terbuka menerima
pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk
komunikasi dengan siswa, merespon perasaan siswa, menggunakan
ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang, berdialog dan
berdiskusi dengan siswa, menghargai siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Alimi, A.S. dan Zaidie, M.F. 1999. Reformasi Dan Masa
Depan Pendidikan Di Indonesia. Sebuah Rekonstruksi Pemikiran Prof. Dr. Djohar,
MS. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Eggen,
P. & Kauchak, D. 1997. Educational
Psychology, Windows on Classroom. Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall,
Inc.
Kartono, K. dan Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung : CV. Pioner Jaya
Palmer,
J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai
Masa Sekarang. (terjemahan : Farid
Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela
0 komentar:
Posting Komentar