MAKALAH
AKHLAK
TASAWUF Tentang PENGENALAN
TENTANG TASAWUF
Di Susun Oleh WITRY YULIA
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-YDI)
LUBUK SIKAPING
Tahun
Akademik 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara lughat, tasawuf berasal dari macam-macam kata. Menurut Hamka dalam
buku tasawuf modren, tasawuf berasal dari berbagai kata seperti shifa bearti
suci bersih, shuf bearti bulu binatang dan shufah yang bearti golongan sahabat
nabi yang memisah diri disuatu tempat terpencil di samping mesjid Nabi.
Tasawuf berperan
membersihkan hati nurani. Untuk itu tasawuf banyak berurusan dengan dimensi
esiteris (bathin) manusia. Tasawuf
sebagai tradisi spiritual agama islam, sebagaimana yang lainnya, sumber
utamanya adalah Al-Qur’an dan hadis. Tasawuf merupakan tradisi yang paling
dikenal dalam sejarah agama-agama.
Tasawuf adalah mistisisme dalam islam dan oleh kaum orientalis barat
disebut sufisme. Julukan sufisme hanya dipakai untuk mistisisme dalam islam.
Baik tasawuf maupun mistisisme di luar islam bertujuan memperoleh hubungan
lansung dan disadari dengan Tuhan bahkan berada dihadirat tuhan. Intisarinya
adalah kesadaran akan adannya komunikasi lansung dan dialog antara ruh manusia dengan
Tuhan melalui cara mengasingkan diri dan berkotemplasi. Kesadaran berada dekant
dengan Tuhan tersebut dapat mengambil bentuk Ittihad (bersatu dengan Tuhan).
B.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian
tasawuf dan ilmu tasawuf
2.
Mengetahui tujuan dan
mamfaat mempelajari tasawuf
3.
Mengetahui dasar-dasar
tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadis
BAB II
PENGENALAN TENTANG TASAWUF
A.
Pengertian Tasawuf
dan Ilmu Tasawuf
Secara lughat, tasawuf berasal dari macam-macam kata. Menurut Hamka dalam
buku tasawuf modren, tasawuf berasal dari berbagai kata seperti shifa bearti
suci bersih, shuf bearti bulu binatang dan shufah yang bearti golongan sahabat
nabi yang memisah diri disuatu tempat terpencil di samping mesjid Nabi.
Dilihat dari aspek bahasa, tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan selalu bersikap sederhana.
Selain itu menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al- Kurdy dalam buku Drs.
Mustofa, tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan diri dari (sifat-sifat) yang
buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, cara melakukan suluk dan
melangkah menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju
kepada (perintah-Nya).
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung kepada sudut pandang yang digunakan masing-masing. Ada tiga sudut pandang
yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tawawuf , yaitu sudut pandang
manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang,
dan manusia sebagai makhluk ber Tuhan. Maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai
upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
Jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang harus
berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dan jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk
yang ber Tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah
(Ke Tuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa
agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dan
Tuhan.
Dari definisi diatas maka tasawuf dapat di artikan sebagai upaya melatih
jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh
kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah
SWT.
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan
makrifat menuju keabadian, saling mengigatkan antara manusia serta berpegang
teguh pada janji Allah.
B.
Tujuan dan Mamfaat
mempelajari tasawuf
Ø
Tujuan
tasawuf
Secara umum, merumuskan tujuan tasawuf sulit ditetapkan karena tujuan itu
terkait sekali dengan jenis dan bentuk tasawuf yang dikembangkan oleh para
sufi. Namun bukan bearti tidak bisa
dijelaskan, penjelasannya dapat dikemukakan berdasarkan kecendrungan tasawuf
yang diamalkan sufi yang bersangkutan.
Sufi ortodok (yang mendasarkan tasawufnya pada nash dan kaidah-kaidah
syariah) atau disebut juga sufi akhlaqi memiliki tujuan kesucian baik lahir
maupun batin dalam rangka mengabdika diri kepada Allah SWT.
Syekh Ahmad Syirhindi seorang
ulama India abad ke 16 yang menetapkan tujuan tasawuf yaitu tujuan sufisme
bukanlah untuk mendapatkan pengetahuan intuitif tentang kenyataan (realitas),
tetapi untuk menjadi abdi Allah. Tidak ada tingkat yang lebih tinggi dibanding
tingkat kehambaan (‘abdiyat) dan tidak ada kebenaran yang lebih tinggi di luar
syari’ah.
Sedangkan menurut Thariqah Sufi tujuan tasawuf adalah tidak lain untuk
memperkuat keyakinan terhadap syari’ah dan meningkatkan kepatuhan terhadap aturan-aturan-Nya.
Tujuan tertingi tasawuf adalah menyatu dengan tuhan (ittihad) dan dapat
menangkap rahasia gaib serta menyatu dengan-Nya (hulul) dan ma’rifatullah
(mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas. Tasawuf memiliki tujuan yang
baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah. Namun taswuf tidak boleh
melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah,
baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilaku-kan.
Ø
Mamfaat
mempelajari tasawuf
Mamfaat mempelajari tasawuf ialah membersihkan hati agar sampai
kepada ma’rifat terhadap Allah Ta’la sebagai ma’rifat yang sempurna untuk
keselamatan diakhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’la dan mendapatkan
kebahagiaan abadi.
C.
Dasar-dasar tasawuf
dalam Al-qur’an dan Hadist
Ø
Dasar-dasar
tasawuf dalam Al-Qur’an
Tasawuf pada awal pembentukannya adalah akhlak atau keagamaan dan moral
keagamaan ini banyak diatur dalam Al-qur’an dan As-Sunah. Tasawuf pada tahap
awal adalah usaha usaha untuk menigkatkan disiplin moral keagamaan maka sumber
pertama ajaran tasawuf adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Ajaran islam mengatur
kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman terhadap unsur
kehidupan yang batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur tasawuf
mendapat perhatian yang cukup besar dari
sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Sunnah, serta praktek kehidupan Nabi
Muhammad SAW. Al-Qur’an antaralain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat
saling mencintai (mahabbah) dengan Tuhan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah
ayat 54 :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT memerintahkan manusia agar senantiasa bertobat,
membersihkan diri dan memohon ampunan kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya
dari-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 8:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan
orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan
dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Al-Qur’an pun menegaskan tentang
pertemuan denga Allah SWT, dimanapun hamba-hamba-Nya berada. Hal ini
sebagainama Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 115:
Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya)
lagi Maha Mengetahui.
Bagi kaum sufi, ayat ini mengandung arti bahwa dimana saja Tuhan ada, di
sana pula Tuhan dapat dijumpai. Allah SWT akan memberi cahaya kepada
orang-orang yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur
ayat 35:
Artinya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan
cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di
dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki,
dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
Allah SWT juga menjelaskan kedekatan manusia denganNya, firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 186:
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Al-Qur’an pun mengingatkan manusia agar tidak diperbudak kehidupan
duniawi dan kemewahan harta benda yang mengiurkan. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Fatir ayat 5:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka
sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah
syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
Mengenai taqwa
didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 285:
Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali.
Mengenai pensucian jiwa dengan menahan hawa nafsu dan melakukan zuhud di
dunia Allah SWT berfirman dalam surat An-Nazaa’at ayat40-41:
Artinya: Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya(40), Maka Sesungguhnya syurgalah
tempat tinggal(nya) (41).
Surat Yusuf ayat 53:
Artinya: Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
penyanyang.
Surat An-Nisa’ ayat 77:
Artinya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada
mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), Dirikanlah sembahyang dan
tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba
sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti
takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata:
"Ya Tuhan kami, Mengapa Engkau wajibkan berperang kepada Kami? Mengapa
tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada
beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia Ini Hanya
sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun.
Surat Al-Hasyr ayat 9 yang artinya: Dan orang-orang yang Telah menempati
kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang orang yang beruntung.
Mengenai sabar firman Allah SWT surat An-nahal ayat 127:
Artinya: Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka
tipu dayakan.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 15 artinya :berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.
Mengenai tawakkal firman Allah dalam surat At-Thalak ayat 3:
Artinya: Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Dan juga terdapat dalam surat At-Taubah ayat 51 artinya: Dan hanya kepada
Allah orang ynag beriman itu bertawakkal.
Mengenai bersyukur firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7:
artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".
Ø
Dasar-dasar
tasawuf dalam Hadist
Sejalan dengan apa yang dibicarakan Al-Qur’an di
atas, Al-Sunnah pun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut
terdapat beberapa teks hadis yang dapat di pahami dengan pendekatan tasawuf:
Artinya: Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadika
makhluk agar mereka mengenali-Ku.
Hadis tersebut memberi kan petunjuk bahwa alam raya, termasuk kita adalah
merupakan cermin Tuhan, atau bayangan Tuhan. Tuhan ingin mengenal dirinya
melalui ciptaan alam ini. Dengan demikian dalam alam raya ini terdapat potensi
ketuhanan yang dapat didayagunakan untuk mengenal-Nya.
Hadis berikut menyatakan:
Artinya: Senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku
dengan amalan-amalan sunat sehingga aku mencintainya. Maka apabila mencintaiya
maka jadikanlah aku pendengaranya yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya
yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia dipakai untuk beusaha, maka
dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berpikir, meninju dan
berjalan.
Hadis di atas memberi petunjuk bahwa antara manusia dan tuhan bisa
bersatu. Diri Manusia bisa lebur dalam diri tuhan, yang selanjutnya dikenal
dengan istilah Al-Fana’ yaitu fananya makhluk sebagai yang mencintainya kepada
diri Tuhan sebagai yang dicintai.
BAB III
KESIMPULAN
Tasawuf adalah sebagai upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang
dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin
akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT.
Sedangkan Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha mempelajari
usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian
dengan makrifat menuju keabadian, saling mengigatkan antara manusia serta berpegang
teguh pada janji Allah.
Tujuan tertingi tasawuf adalah menyatu dengan tuhan (ittihad) dan dapat
menangkap rahasia gaib serta menyatu dengan-Nya (hulul) dan ma’rifatullah
(mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas. Tasawuf memiliki tujuan yang
baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah. Namun taswuf tidak boleh
melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah,
baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilaku-kan.
Mamfaat mempelajari tasawuf ialah membersihkan hati agar sampai
kepada ma’rifat terhadap Allah Ta’la sebagai ma’rifat yang sempurna untuk
keselamatan diakhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’la dan mendapatkan
kebahagiaan abadi.
Unsur tasawuf mendapat perhatian
yang cukup besar dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Sunnah, serta praktek
kehidupan Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. R. 2010. Akhlak Tasawuf. CV. Pustaka Setia. Bandung.
Nata. A. 1986. Akhlak
Tasawuf. PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta.
Solihin. M, Anwar. R. 2004. Akhlak Tasawuf. Nuansa. Bandung.
Samad. D. 1999. Studi
Tasawuf. IAIN-Press. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar