BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 19 September 2013

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tentang KONSEP PENDIDIKAN MENURUT MUHAMMAD ABDUH


Oleh : Witry Yulia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-YDI)
LUBUK SIKAPING

MUHAMMAD ABDUH

A.      RIWAYAT HIDUP MUHAMMAD ABDUH
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1819. Pada tahun 1862, ia belajar agam di Mesjid Syekh Ahmad di Thanta. Semula ia sangat enggan belajar, tetapi karena dorongan paman ayahnya Syekh Darwis Khadar, Abduh dapat menyelesaikan pelajarannya di Thanta. Kemudian ia melanjutkan pelajarannyadi UniversitasAl-Azhar, ia memperoleh pengalaman yang paling berkesan dari gurunya Syekh Hasan al-Thawil dan Syekh Muhammad al-Basyuni, masing-masing sebagai guru mantiq dan balaghah.
Dari perjalanan pengalaman yang diperoleh, mendorong Abduh memilih bidang, pendidikan sebagai media pengabdian ilmunya dan sekaligus menjadikan pendidikan sebagai tempat melontarkan ide-ide pembaharuannya. Pada tahun 1885, ia pergi ke Beirutdan mengajar disana. Akhirnya atas bantuan temannya pada tahun 1888 ia kemudian diizinkan pulang ke Kairo. Ia kemudian diangkat menjadi hakim. Pada tahun 1894, ia menjadi anggota majelis al-A’la al-Azhar dan telah banyak memberikan kontribusi bagi pembaharuan di Mesirdan duniA Islam pada umumnya. Kemudian tahun 1899 ia diangkat sebagai mufti Mesir dan jabatan ini di emban sampai ia meninggal dunia tahun 1905 dalam usia kurang lebih 56 tahun.


B.       PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH TENTANG PENDIDIKAN
Menurut al-Bahiy, pemikiran Abduh Meliputi : segi politik dan kebangsaan, sosial kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup berbagai segi, namun Abduh lebih menitik beratkan pada bidang pendidikan.
Diantara pemikirannya tentang pendidikan dapat di lihat pada penjelasan sebagai berikut:
1.                              Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Dalam pandangan Abduh, ia melihat semenjak masa kemunduran Islam, sistem pendidikan yang berlaku di Dunia Islam lebih bercorak dualisme. Pembaharuan pendidikan ini dilakukan dengan menata kembali struktur pendidikan di Al-Azhar, kemudian di sejumlah institusi pendidikan lain yang berada di Thanta, Dassuq,Dimyat dan Iskandariyah. Melalui upaya melakukan pembaharuandi lembaga pendidikan di Al-Azhar, makapendidikan dunia Islamakan mengikutinya. Sebab menurut pertimbangannya,Al-Azhar merupakan lambang dan panutan  pendidikan Islam Di Mesir secara khusus dan dunia Islam pada umumnya.
2.                              Kurikulum
a.         Kurikulum Al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi Al-Azhar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Dalam hal ini ia memasukan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern kedalam kurikulum Al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar out putnyadapat menjadi ulama modern.
b.         Kurikulum Sekolah Dasar
Ia beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajran agama (Islam) merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwakepribadian muslim,rakyat Mesir akn memiliki jiwa kebersamaandan nasionalisme untuk dapat mengembang sikap hidup yang lebih baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.
c.         Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruan
Ia mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Melalui lembaga pendidikan ini Abduh merasa perlu untuk memasukan  beberapa materi, khusus pendidikan agama, sejarah islam dan kebudayaan Islam.
Madrasah-madarasah yang berada di bawah naunagn Al-Azhar,  Abduh mengajarkan Ilmu Mantiq, Falsafah dan Tauhid. 



C.       METODE
Muhammmad Abduh mengubah caramemperoleh ilmu dengan metode hafalan dengan metode rational dan pemahaman. Ia juga menghidupkan kembali metode munazharahdalam memahami pengetahuan dan menjauhkan metode taklid. Ia mengembangkan kebebasan ilmiah dikalangan mahasiswa Al-Azhar. Ia juga menjadikan bahasa Arab yang selama ini hanya merupakan ilmu yang tidak berkembang yang dapat menterjemahkan teks-teks pengetahuan modern kedalam bahasa Arab.
Selain itu Abduh juga telah membijat sebuah metode yang sistematis dalam menfsirkan Al-Qur’an yang didasarkan kepada lima prinsip yaitu :
1.      Menyesuaikan peristiwa-peristiwa yang ada pada masanya dengan nash-nash Al-Qur’an.
2.      Menjadika Al-Qur’an sebagai sebuah kesatuan.
3.      Menjadikan surat sebagai dasaruntuk memahami ayat.
4.      Menyederhanakan bahasa dalam penafsiran.
5.      Tidak melalaiakan peristiwa-peristiwa sejarah untuk menafsirkan ayat-ayat yang turun pada waktu itu.

D.      REINTERPRETASI PENGETAHUAN AGAMA ISLAM
Umat Islam menurut Abduh harus kembali ke ajaran Islam yang berkembang pada zaman klasik, yaitu dikembalikan seperti ajaran yang pernah dilakukan di zaman Salaf, para sahabat dan ulama-ulama Islam. Ia berpendapat bahwa keadaaan umat Islam pada waktu itu(zaman Abduh) telah jauh berubah dari keadaan umat Islam dimasa lampau. Untuk menyesuaikan ajaran Islam yang murni dengan kondisi dunia modern, maka perlu dilakukan suatu interpretasi baru. Karena itu perlu dilakukan ijtihad.
     Menurut pandangan Abduh, Islam adalah agamayang rasional. Dengan membuka pintu ijtihad, maka dinamika akal dapat ditingkatkan. Ilmu pengetahuan harus dimajukan dikalangan rakyat, sehingga mereka dapat berlomba dengan masyarakat barat. Apabila Islam ditafsirkan dengan sebaik-baiknya dan dipahami secara benar, tak satupun dari ajaran Islam yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Akal adalah salah satu potensi dari manusia, dan Islam sangat mengajurkan untuk mengunakan akal. Kerena itu, jika secara lahiriah sebuah ayat tampak bertentangan dengan akal, maka harus dicari interpretasi, sehingga ayat lebih dapat dipahami secara rasional. Akan tetapi, meskipun demikiantatakala proses interpretasi telah dilakukan dan ternyata bertentangan dengan akal, maka akal harus tunduk pada kebenaran wahyu.

E.       PENGHARGAAN YANG TERTINGGITERHADAP AKAL DAN ILMU PENGETAHUAN MODERN
Abduh sangat menghargai akal. Al-Qur’an menurutnya berbicara bukan hanya kepada hati manusia tetapi juga kepada potensi akalnya. Islam memandang bahwa manusia mempunyai kedudukan yang tinggi. Allah menunjukkan larangan-larangannya kepada akal. Dengan potensi yang diberikan-Nya, akal mampu membuat hukum dan mengajak manusia tunduk kepada hukum. Dengan demikian Islam bagi Abduh adalah agama yang rasional.
Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern. Pada dasarnya ilmu berdasaar pada hukum alam ciptaaan Tuhan. Islam disampaikan melalui wahyu. Sedangkan wahyu berasal dari Tuhan. Pengetahuan modern mesti sesuai dengan Islam. Pada dasarnya pendapat ini merupakan suatu ajakan kepada umat Islam agar mempelajari dan mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penguasaan dan pengembangan terhadap ilmu merupakan salah satu faktor dasar bagi kemajuan peradaban umat manusia. Sedangkan dalam bidang pemikiran hanya sedikit hal-hal yang bersifat praktis. Melalui lontaran pemikirannya yang memperbaharui sistem pendidikan, dapat dikatakan bahwa ia telah membawa negerinya, bahkan umat Islamkerah yang dinamis, terutama bila dibandingkan disaat dunia Islam sedang berada dalam era kemunduran.

F.       PERLAWANAN TERHADAP TAKLID
Mengenai perlawanannya terhadap taklid, di tegaskan Abduh bahwa eksistensi taklid tidak bisa dipertahankan, bahkan mesti diperangi. Hal ini disebabkan karena sikap taklid merupakan penyebab umat menjadi mundur dan tidak dapatmaju. Muhammad Abduh dengan keras mengeritik ulama-ulama yang menimbulkan dan mempertahankan sikap taklid tersebut. Abduh juga menegaskan bahwa sikap taklid tersebut bertentangan dengan tabi’at kehidupan dan bahkan bertentangan dengan tabi’at dasar dan ciri Islam sendiri.
Pemikiran Abduh untuk melawan buku-buku yang tendensius sejalan dengan idenya untuk memerang sikap taklid dan sekaligus sesuai dengan cita-citanya untuk menghidupakan kembali Khazanah buku-buku lama. Abduh seperti di nukilkan al-Bahiy mengatakan sebagai berikut :
Jika kita mengkaji kembali buku-buku sebelum kemandenkan umat Islam, bearti kita telah melangkah satu langkah untuk memperbaiki buku-buku fiqih. Selama kita masih terkait kepada ungkapan-ungkapandalam buku mutaakhirin yang beredar dan kita memahami agama hanya dari buku itu, bearti kebodohan kita makin bertambah.
Untuk menghidupkan kembali buku-buku berharga yang selama ini telah hilang, dari peredaran, Abduh pada tahun 1318 H mendirikan suatu perhimpunan dengan nama Jam’iyat al-Ihya-i al-kutubal-a’rabiyah. Perhimpunan ini lansung diketuai oleh Abduh, dan mendapat bantuan penuh dari syekh Muhammad Mahmud asy-Syinqithiy, seprang ahli bahasa Arab yang terkenal luas dan mendalam ilmunya. Perhimpunan ini berusaha untuk mencetak kembali Kitab Al-Mudawwanah susunan Imam Malik, sebuah kitab fiqih yang bernilai tinggi yang hampir tidak dikenal umat lagi.

G.      PENGARUH ABDUH DI DUNIA ISLAM
Pendapat Muhammmad Abduh tersebut di Mesir sendiri mendapat sambutan dari sejumlah tokoh pembaharu. Murid-muridnya seperti Muhammmad RasyidRidha meneruskan gagasan tersebut melalui majalah al-Manar dan tafsir Al-Manar. Kemudian Kasim Amin dengan bukunya Tahrr al-Mar’ah. Farid Wajdi dengan buku Dairat Syekh Thahthawi Jauhari melalui karangannya Al-Taj al-Marshuh bi al-Jawahir Al-Qur’an wan Al-Ulum. Demikian pula selanjutnya seperti Husein Haykal, Abbas Mahmud Al-Akkad, Ibrahim A, Kadir al-Mazin, Mustafa Abd al-Raziq dan Sa’ad Zaglul, bapak kemerdekaan Mesir. Bahkan menurut Harun Nasution selanjutnya, karangan Muhammad Abduh sendiri banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu, bahasa Turki dan bahasa Indonesia.
Pemikiran Muhammmad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di awal abad ke 20. Pemikiran MUHAMMMAD Abduh yang disebar luaskan melalui tulisannnya di majalah Al-Manar dan Al-Urwat AL-Wusqa menjadi rujukan para tokoh pembaharu dalam dunia Islam, sehingga diberbagai negara Islam muncul gagasan mendirikan sekolah-sekolah dengan mengunakan kurikulum seperti yang dirintis Muhammad Abduh.    

 







0 komentar: