BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 19 September 2013

ILMU MANTIK ATAU LOGIKA Tentang TA’RIF



ILMU MANTIK ATAU LOGIKA Tentang TA’RIF

Oleh : Witry Yulia
STAI-YDI LUBUK SIKAPING



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kita telah mengetahui bahwa mantiq lapangan pembahasannya ialah untuk mencari dalil. Oleh kerena itu bagi orang-orang yang akan membuat ta’rif harus lebih dulu mempelajari soal-soal lafadh dan qadhiyah, sebab dalil itu tersusun dari beberapa qadhiyah dan qadhiyah tersusun dari beberapa lafadh. Orang yang akan mengenal lebih dulu lafadh-lafadh yang akan disusun menjadi dalil, baru akan memperoleh maksud yang sebenarnya. Lafadh yang belum terang maknanya harus diselidiki agar menjadi agar menjadi terang maknanya. Pengenalan makna sesungguhnya harus bisa dicapai dengan ta’rif, dengan ta’rif dapat dicapai pengertian yang jelas terhadap lafadh-lafadh.
Dengan demikian ta’rif adalah suatu cara atau alat untuk mengenal dan memahami tentang pengertian afrad dan untuk mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya terhadap afrad itu. Artinya menta’rif ssesuatu adalah mengenakan sesuatu menurut hakikatnya. Sedangkan Ta’rif secara lughawi, adalah memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu. Secara mantiki, ta’rif adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan maupun lisan, yang dengannya diperoleh pemahaman yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan atau diperkenalkan.

B.     Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Ta’rif secara detail, pembagian pembagian ta’rfi, syarat-syarat ta’rif dan kegunaan ta’rif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui semua yang bersangkutan tentang ta’rif.











BAB II
TA’RIF

A.      Pengertian Ta’rif
Ta’rif secara lughawi, adalah memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu. Secara mantiki, ta’rif adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan maupun lisan, yang dengannya diperoleh pemahaman yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan atau diperkenalkan.[1]
Selain itu menurut  Basiq Djalil, lafadz ta’rif berasal dari bahasa Arab yang bearti memberi tahu, memperkenalkan. Maksudnya adalah dengan ta’rif, kita dapat sesuatu dengan lengkap dan sempurna. Itulah sebabnya ta’rif, dapat disamakan pengertiannya dengan rumusan, pengertian, atau definisi dalam bahasa Indonesia.[2]
Dalam ilmu mantik, ta’rif berperan amat mendasar, kerena istidlal (penarikan kesimpulan) yang merupakan tinjauannya yang paling fondamental, tergantung amat eratkepada jelasnya ta’rif lafazhyang dipakai untuk menyusun qadhiyah-qadhiyah (kalimat-kalimat) yang darinya ditarik natijah (kesimpulan). Jika ta’rif lafazh tidak jelas, maka kesimpulan yang dihasilkan mungkin sekali keliru atau salah.[3]
Yang di Ta’rif bisa berupa dzat dan yang bukan dzat. Dzat adalah lafadz yang bermakna dzat atau benda. Dalam ilmu mantik bearti: lafadz kulli yang menunjukkan hakikat (makiyah) secara penuh. Sedangkan lafadz abstrak yang menyifati benda itu seperti besar, panjang, jelek, biasa disebut lawan dari zat.[4]
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, ta’rif adalah memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu dengan lengkap dan sempurna.

B.       Pembagian ta’rif
Menurut Baihaqi A. K, dalam bukunya yang berjudul ilmu mantik (teknik dasar berfikir logik) ta’rif terbagi kepada empat:
1.    Ta’rif had adalah ta’rif yang mengunakan rangkaian lafazh kulli jins dan fashl.
Contoh: Insan adalah hewan yang berfikir.
Hewan adalah jins dan berfikir adalah fashl bagi manusia.
Ta’rif had terbagi dua:
a.    Ta’rif had tam adalah ta’rif dengan mengunakan lafazh jins qarib dan fashl.
Contoh: Insan adalah hewan yang dapat berfikir.
Hewan adalah jins qarib (dekat) kepada insan karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Artinya di bawah hewan tidak ada lagi lafazh kulli yang tekategori jins, kecuali insan yang terkategori nau’. Sedangkan dapat berfikir adalah fashl bagi insan.
b.    Ta’rif had naqish adalah ta’rif yang mengunakan jins ba’id dan fashl atau mengunakan fashl qarib saja.
Contoh: Insan adalah jims (tubuh yang dapat berfikir.
Jims adalah jins ba’id bagi insan dan dapat berfikir adalah fashl baginya.
2.    Ta’rif rasm adalah ta’rif yang mengunakan jins dan ‘irdhi khas.
Contoh: Insan adalah hewan yang dapat tertawa.
Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus) manusia.
Ta’rif rasm terbagi menjadi dua:
a.    Ta’rif rasm tam adalah ta’rif yang mengunakan lafazh jins qarib dan fashl.
Contoh: Insan adalah hewan yang dapat tertawa.
Hewan adalah jisn qaribbagi insan, sedangkan ketawa adalah ‘irdhi khas baginya.
b.    Ta’rif rasm naqish adalah ta’rif yang mengunakan lafazh jins
Ba’id dengan ‘irdhi khas, atau mengunakan lafazh ‘irdhi khas saja.
Contoh: Insan adalah jisim yang bisa ketawa.
Ketawa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus) bagi insan.
3.    Ta’rif lafazh adalah ta’rif dengan mengunakan lafazh lain yang sama artinya saja.
Contoh: Tepung adalah terigu, itik adalah bebek, lembu adalah sapi.
4.    Ta’rif mitsal adalah ta’rif dengan memberikan contoh (mitsal).
Contoh: Lafazh kulli adalah seperti insan, Lafazh juz’i adalah seperti muhammad, Kalimat bahasa Indonesia adalah seperti guru datang, dll.[5]
Selain itu menurut M. Taib Thahir, ta’rif juga terbagi menjadi empat yaitu:
1.                                        Ta’rif lafdhi
Ta’rif lafdhi adalah ta’rif sutau lafadh dengan lafadh yang laindan lebih jelas bagi pendengarmengenai lafadh itu.
2.                                        Ta’rif tanbihi
Ta‘rif tanbihi adalah ta’rif yang mengadirkan gambaran yang sudah tersimpandalam khayalan pendengar yang pada waktu itu terlupa padahal pernah dikenalnya.
3.    Ta’rif ismi dan ta’rif haqiqi sebenarnya hampir sama, kerena kedua-duanya merupakan gambaran atau susunan kata. Jika telah jelas susunan pengertian itu jelas pulalah pengertian suatuyang di ta’rifkan.[6]

C.      Syarat-syarat ta’rif
Untuk dapat diterima suatu ta’rif harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
1.    Harus Jamik, artinya harus masuk, yakni harus meliputi seluruh cakupan ta’rif.
2.    Harus manik, artinya harus menolak, yakni harus menolak segala sesuatu yang mungkin termasuk kedalam cakupan ta’rif.
3.    Tidak boleh mengakibatkan kemustahilan (mengandung daur, tasalsul atau perkumpulan dua yang bertentangan).
4.    Harus lebih jelas dan mudah diterima akal, yakni logis, karena guna ta’rif adalah untuk memperjelas pengertian.
5.    Tidak boleh menyalahi aturan bahasa.
6.    Tidakboleh mengunakan lafadz majas tanpa petunjuk qarinah.
7.    Tidak boleh memakai lafadz mustarak, tanpa ada qarinah yang menunjukkan pada satu arti.
8.    Tidak boleh mengandung lafadz yang ghaib, yakni lafadz yang tidak terang maknanya atau dilalahnya.[7]

D.      Kegunaan ta’rif
Ta’rif berfaidah bagi orang yang bekerja dalam lapangan ilmu pengetahuan, apalagi golongan yang membahas tentang bahasa dan begitu juga bagi orang ahli penyelidik ilmu alam, karena ta’rif mengandung garis besar mengenai sifat-sifat penting yang terkandung dalam lafadz yang dita’rifkan. Selain itu ta’rif memberi faidah dalam kehidupan sehari-hari, dalam percakapan sehari-hari sering kita diminta penjelasan tentang perkataan yang kita gunakan.

BAB III
KESIMPULAN

Ta’rif adalah memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu dengan lengkap dan sempurna. Ta’rif terbagi kepada empat: Ta’rif had, Ta’rif rasm, Ta’rif lafazh, Ta’rif mitsal.
Untuk dapat diterima suatu ta’rif harus memenuhi beberapa syarat yaitu: harus jamik, harus manik, tidak boleh mengakibatkan kemustahilan (mengandung daur, tasalsul atau perkumpulan dua yang bertentangan), Harus lebih jelas dan mudah diterima akal, yakni logis, karena guna ta’rif adalah untuk memperjelas pengertian, tidak boleh menyalahi aturan bahasa, tidak boleh mengunakan lafadz majas tanpa petunjuk qarinah, tidak boleh memakai lafadz mustarak, tanpa ada qarinah yang menunjukkan pada satu arti, tidak boleh mengandung lafadz yang ghaib, yakni lafadz yang tidak terang maknanya atau dilalahnya.
Ta’rif berfaidah bagi orang yang bekerja dalam lapangan ilmu pengetahuan, apalagi golongan yang membahas tentang bahasa dan begitu juga bagi orang ahli penyelidik ilmu alam.






DAFTAR PUSTAKA

Thahir, T., 1964,  Ilmu Mantiq, Yogyakarta : Widjaya.
Baihaqi., 2007, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik, Jakarta : Darul Ulum Press.

Djalil, B., 2010, Logika (Ilmu Mantik), Jakarta : Kencana Predana Media Group.





[1] Prof. Dr. H. Baihaqi A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik, (Jakarta : Darul Ulum Press, 2007), h. 47
[2] Drs. H. A. Basiq Djalil, S. H. M. A, Logika (Ilmu Mantik), (Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2010), Cet. Ke-1, h. 18
[3] Baihaqi A.K, Loc. cit
[4] A. Basiq Djalil,Loc. cit
[5] Baihaqi A.K, op. Cit., h. 48-51
[6] Prof. KH. M. Taib Thahir, Ilmu Mantiq, (Yogyakarta : Widjaya, 1964), h. 58
[7] A. Basiq Djalil, op. Cit., h. 25-27

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya kesylitan dalam membedakan komponen ta'rif yang telah ada. Semisal الصلاة اقوال و افعال... Dari ta'rof ini saya bingung mana jinis mana fashol. Mohon pencerahannya.