MAKALAH PEMBINAAN KEPRIBADIAN GURU PAI II Tentang CIRI-CIRI GURU HUMANIS
Di Susun
Oleh : Wiety Yulia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-YDI)
LUBUK
SIKAPING
Tahun Pelajaran 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Humanis adalah sebuah
pendekatan psikologis yang menitik beratkan pada masalah-masalah kepentingan
manusia, nilai-nilai, dan martabat manusia. Aplikasi humanis lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanis adalah menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Menurut Rogers (dalam Palmer 2003),
pendidikan menuntut perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai
potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, dan membangun
hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri.
Proses pembelajaran yang baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen &
Kauchak, 1997) adalah proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya
sebagai orang yang mampu dan bernilai,
mengarahkan diri sendiri, dan pemberian
semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.
Uraian tersebut
menunjukkan pentingnya menilai dan menerima anak secara positif, membangun hubungan dan kepercayaan siswa, dan
mengembangkan pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi
dirinya. Di sisi lain, keadaan yang sering kita jumpai justru seringkali
menempatkan siswa dalam posisi tidak berarti, selalu salah, dan hubungan “guru
benar dan siswa salah”.
B. Tujuan
1.
Mengetahui
Pengertian guru humanis
2.
Mengetahui
ciri-ciri guru humanis
BAB II
CIRI-CIRI
GURU HUMANIS
Pengertian humanis yang beragam membuat batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga
perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dalam
pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education”, Krischenbaum
menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik
dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan
humanistik dalam pendidikan. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanis biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan
emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan
membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana
mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain,
kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah
meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para
pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran
yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat,
berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai
perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia, Dan bagaimana
aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik.
Hal ini memunculkan salah satu ciri utama
pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan
spesies lain. Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan
adalah “penguasaan diri” sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia
(humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk
tercapainya pendidikan yang mamanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta didik
mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan
demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa.
Aplikasi humanis lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanis adalah menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Jadi Humanis adalah sebuah pendekatan psikologis yang
menitikberatkan pada masalah-masalah kepentingan manusia, nilai-nilai, dan
martabat manusia.
Berdasarkan beberapa
penjelasan di atas, guru humanis, adalah tindakan guru baik bahasa verbal dan
non verbal yang menghargai kapasitas siswa dan memperlakukan siswa dengan rasa
hormat dan empati sesuai karakteristik masing-masing.
Menurut Rogers (dalam
Palmer 2003), pendidikan menuntut perlunya perilaku guru yang menerima siswa
sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, dan
membangun hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi
diri. Proses pembelajaran yang baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen
& Kauchak, 1997) adalah proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya
sebagai orang yang mampu dan bernilai,
mengarahkan diri sendiri, dan pemberian
semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.
Sebaik apapun konsep
pendidikan, yang paling menentukan adalah bagaimana implementasi di lapangan.
Sikap dan tindakan guru sebagai pelaksana pendidikan adalah tema yang perlu
diperhatikan secara serius.
Perilaku mengajar yang
humanis terkait dengan aliran Humanism, yaitu sebuah pendekatan psikologis yang
menitikberatkan pada masalah-masalah kepentingan manusia, nilai-nilai, dan
martabat manusia (Kartono & Gulo, 2000) Berdasarkan uraian Prof. Dr. Djohar
(dalam Alimi dan Zaidie, 1996), penulis menyimpulkan bahwa Perilaku yang
humanis adalah perilaku yang
memanusiakan siswa dengan menghargai martabat dan memperlakukan sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing. Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam
proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang positif, empati, dan suasana yang
harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan yang sehat sehingga tercapai
aktualisasi diri.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar
guru yang humanis yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada
tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri
guru yang humanis adalah :
1.
Merespon perasaan
siswa
2.
Menggunakan ide-ide
siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.
Berdialog dan
berdiskusi dengan siswa
4.
Menghargai siswa
5.
Kesesuaian antara
perilaku dan perbuatan
6.
Menyesuaikan isi
kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.
Tersenyum pada siswa
Carl Rogers menyatakan
pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan yang nyaman antara
terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan klien untuk mencapai
aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi ajaran tersebut dalam
bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai
potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, hubungan
dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Pengajaran yang baik adalah “proses yang
mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan
mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat
sesuai dengan persepsi dirinya tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen &
Kauchak, 1997).
Pendekatan mengajar yang
humanis adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak
membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa
menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan tidak hanya
menghargai potensi akademik, memberi keamanan psikologis, memberi pengalaman sukses kepada siswa; untuk
aktivitas-aktivitas kreatif guru tidak banyak memberikan aturan, menceritakan pengalaman, menulis cerita,
menghargai usaha, imaginasi, fantasi dan inovasi siswa, stimulasi banyak buku
bacaan, dan memberikan aktivitas brainstorming.
BAB III
KESIMPULAN
Guru humanis adalah
tindakan guru baik bahasa verbal dan non verbal yang menghargai kapasitas siswa
dan memperlakukan siswa dengan rasa hormat dan empati sesuai karakteristik
masing-masing.
Dari
beberapa pendapat yang dijelaskan pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri guru humanis adalah guru
yang memiliki rasasa cinta dan sayang yang tergambar pada senyuman, memiliki
rasa humor, kesesuaian antara perilaku dan perbuatan, adil, menarik/contoh
tauladan yang baik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah
dan wajar, mengakui, menghargai dan
menerima siswa apa adanya, tidak
membodoh-bodohkan siswa, menyesuaikan isi kerangka
berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa), terbuka menerima pendapat dan
pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan
siswa, merespon perasaan
siswa, menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang, berdialog dan berdiskusi dengan siswa, menghargai siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimi, A.S. dan Zaidie, M.F. 1999. Reformasi
Dan Masa Depan Pendidikan Di Indonesia. Sebuah Rekonstruksi Pemikiran Prof. Dr.
Djohar, MS. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Eggen, P. & Kauchak, D. 1997. Educational Psychology, Windows on Classroom. Third Edition. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Kartono, K. dan Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung : CV. Pioner
Jaya
Palmer, J.A. (editor). 2003.
50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai
Masa Sekarang. (terjemahan : Farid
Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela
0 komentar:
Posting Komentar