MAKALAH SEJARAH
PERADABAN ISLAM II tentang PERKEMBANGAN PERADAPAN ISLAM PADA PERIODE PERTENGAHAN MASA
KERAJAAN TURKI USMANI
Oleh : Witry Yulia
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-YDI)
LUBUK SIKAPING
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji
hanya bagi Allah seru sekian alam. Shalawat dan salam semoga tetap dicurahkan
kepada Rasulullah Rahmat bagi alam semesta, para sahabat, keluarga dan umatnya.
Makalah ini berjudul Perkembangan
peradapan islam pada periode petengahan (Masa Kerajaan Turki Usmani). Di
dalamnya disajikan dari bab I sampai bab III. Bab I yaitu pendahuluan di
dalamnya latar belakang, mengambarkan secara umum makalah ini dan tujuan adalah
menjelaskan keinginan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini. Untuk Bab
II yaitu membahas tentang Kerajaan Turki Usmani secara detail, untuk kesimpulan
pada makalah ini disajikan pada Bab III yaitu menyimpulkan isi dari makalah ini
dan menjawab tujuan.
Makalah Perkembangan peradapan
islam pada periode pertengahan (Kerajaan Turki Usmani) ini semoga bermamfaat,
terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Lubuk Sikaping, 07 Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendiri kerajaan usmani adalah Bangsa Turki dari
Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Pada abad ke
tiga mereka pindah ke Turki dan Irak, ketika menetap di Asia Tengah (Asia
kecil) kota Syukud sebagai ibu kota, dibawah pimpinan Ertoghrul.
Pemimpin usmani yang pertama adalah Ertoghrul, meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan
dilanjutkan oleh putranya, Usman I tahun 699 H (1300 M). Selanjutnya Murad I,
berkuasa (761 H/1359 M sampai 789H/1389 M) ia memperluas wilayah ke Benua Eropa.
Bayazid I (1389-1403M) pernah tercatat disejarah sebagai perista gemilang bagi
umat islam, dan tahun 1402M terjadi perperangan dengan tentara Mongol yang
dipimpin Timur Lenk. Usmani kalah, Bayazid dan putranya tertawan hingga wafat
tahun 1403 M. Sultan Muhammad I (1403-1421M), Murad II (1421-1451 M), Muhammad
II yang disebut juga dengan Muhammada Al-Fatih (1451-1484 M), Sultan Salim
(1512-1520 M), Sulatan Sulaiman Al-qanuni (1520-1566 M), dan setelah wafatnya
sultan Sulaiman Al-qanuni terjadi kemunduran yang diakibatkan perebutan
kekuasaan oleh putranya.
Kemajuan dan perkembangan
ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu
diikuti pula oleh, kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain.
Yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut:
l. Bidang Kemiliteran dan pemerintahan
2.
Bidang llmu Pengetahuan dan Budaya
3.
Bidang Keagamaan
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Turki Usmani
BAB II
PERKEMBANGAN
PERADAPAN ISLAM PADA PERIODE PERTENGAHAN
KERAJAAN
TURKI UTSMANI
Pendiri kerajaan ini adalah
bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara
negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan
kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau
kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan
serangan-seransan Mongol pada abad ke-l3 M, mereka melarikan diri ke daerah
barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka,
orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah
pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan
Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan
mereka, Sultan Alaudin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, AIauddin
menghadiah kan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan rnemilih kota Syukud
sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan
dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai
pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M.
Sebagaimana ayahnya. Ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan
keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota
Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan saljuk dan Sultan
Alauddin terbunuh. Kerajaan saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa kerajaan kecil. Usman pun rmenyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh
atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan
dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300
M) setapak demi setapak wiiayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang
daerah daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa Tahun 1317 M,
kemudian, pada Tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan
Orkhan (726 H/ 1326 M-761 H/1359 M) Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan
Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara
(1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang
pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
Ketika Murad I, pengganti
Orkhan, berkuasa (761 H/ I 359 M - 789 H/1389 M), selain memantapkan keamanan
dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat
menaklukkan Adrianopel yang kemudian
dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru , Macedonia, Sopia, Salonia,
dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan
ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah
besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan
ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun, Sultan Bayazid I ( 1389- 1403
M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa
tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat
Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani
sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel,
tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil.
Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani
mengalami kekalahan. Bayirzid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam
tawanan tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara
itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa Seljuk di Asia
Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan
Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu, putra-putra Bayazid
saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras
menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti
sediakala.
SetelahTimurnLenk meningal
dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada
putra-putranya yang satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan
oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun,
pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid
(Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan
terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha
Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan
dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usahanya ini diteruskan oleh Murad II
(1421-145I M), sehinggaTurki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa
Muhammad II atau biasa disebut Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M).
Sultan Muhammad Al-Fatih dapat
mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel tahun 1453 M. Dengan
terbukanya Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan
Bizantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki Usmani ke benua Eropa. Akan
tetapi ketika Sultan Salim I (1512_1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian
ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syria, dan dinasti Mamalik di Mesir.
Usaha Sultan salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-qanuni (1520-
1566 M.). Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat,
tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Usmani merupakan objek yang
menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, pulau Rodhes,
Tunis, Budapest, dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki Usmani pada
masa Sultan Sulaiman Al-qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria,
Hejaz, dan yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika;
Bulgaria, yunani, yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Mengutip pendapat Carl
Brockelmann, Ahmad Syalabi mengatakan, Sultan Salim I pernah meminta kepada
khalifah Abbasiyah di Mesir agar menyerahkan kekhalifahan kepadanya, ketika ia menaklukkan
dinasti Mamalik di sana. pendapat lain menyebutkan bahwa gelar
"khalifah" sebenarnya sudah digunakan oleh Sultan Murad ( 1359- 1389
M), setelah ia berhasil menaklukkan Asia Kecil dan Eropa. Dari dua pendapat
ini, Ahmad Syalabi berkesimpulan, para Sultan kerajaan Usmani memang tidak
perlu menunggu khalifah Abbasiyah menyerahkan gelar itu, karena jauh sebelum
masa kerajaan Utsmani sudah ada tiga khalifah dalam satu masa. Pada abad ke-10
M, para penguasa dinasti Fathimiyah di Mesir sudah memakai gerar khalifah.
Tidak lama setelah itu, Abd Al-Rahman Al-Nashirdi Spanyol menyatakan diri
Sebagai khalifah melanjutkan dinasti Bani umayyah di Damaskus, bahkan ia
mencela para pendahulunya yang berkuasa di Spanyol yang merasa cukup dengan
gelar "amir" saja. Karena itu, ada kemungkinan para penguasa Usmani
memang sudah menggunakan gelar "khalifah" jauh sebelum mereka dapat
menaklukkan dinasti Mamalik, tempat bertahannya para khalifah Abbasiyah, untuk
kemudian meminta gelar itu.
Setelah sultan Sulaiman
meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang
menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mundur. Akan tetapi, meskipun terus mengalami
kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai
negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan ini memang masih
bertahan lima abad lagi setelah itu.
Kemajuan dan perkembangan
ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu
diikuti pula oleh, kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain.
Yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut:
l.
Bidang Kemiliteran dan pemerintahan
Para pemimpin kerajaan Usmani
pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat
melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan Kerajaan
Usmani mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan
politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan
ekspansi itu. Yang terpenting di antaranya aclalah keberanian, keterampilan,
ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana
saja.
Untuk pertama kali, kekuatan
militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi
kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah
terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik, dan straregi tempur militer
Usmani berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan
tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda kericuhan. Kesadaran
prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang
berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan tersebut segera dapat diatasi oleh
Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.
Pembaruan dalam tubuh
organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi
personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan.
Bangsa-bangsa non -Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen
yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan
prajurit. program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer
baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. pasukan inilah yang dapat
mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat. Dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non-Muslim.
Di samping Jenissari, ada lagi
prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintahan pusat.
Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun
dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi
Turki Usmani. Pada abad ke 16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak
kejayaannya. Kekuatan militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat
menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor
utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa
Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap
peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek
moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut
dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam
mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak
tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a'zham (perdana
menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat
I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-'alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan
pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab
undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang
menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi
pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung
namanya ditambah gelar al_qanuni.
2.
Bidang llmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani
merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan
persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan persia, mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiIiteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan,
ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan,
keilmuan dan huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Usmani
memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa
asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka
masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang
nomad yang hidup di dataran Asia Tengah.
Sebagai bangsa yang berdarah
militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang
kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan tidak
begitu menonjol. Karena itulah, di dalam khazanah interektual Islam kita tidak
menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian, mereka banyak
berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan
masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi arau Masjid Jami' Sultan
Muhammad Al-fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub Al-Anshari.
Masjid-masjid rersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu
masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya
gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.
Pada masa Sulaiman di
kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah
sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, vila, dan pemandian umum.
Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator
Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
3.
Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat
Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan
berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga,
fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat
tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai
pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema
keagamaan yang dihadapi masyarakat.Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum
kerajaan bisa tidak berjalan.
Pada masa Turki Usmani tarekat
juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi
dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan
militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara
Jenissari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat
Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari
Bektasyi.
Di pihak lain, kajian-kajian
ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadis boleh dikatakan
tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk
menegakkan satu paham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abd
Al-Hamid II, misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Asy'ariyah. Ia merasa perlu
mempertahankan aliran tersebut dari kritikan-kritikan aliran lain. Ia
memerintahkan kepada Syaikh Husein Al-Jisri menulis kitab Al-Hushun
Al-Hamidiyah (Benteng pertahanan Abdul Hamid) untuk melestarikan aliran yang
dianutnya itu. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang
berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam
bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya
masa klasik.
KESIMPULAN
Pendiri kerajaan usmani
adalah Bangsa Turki dari Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara
negeri Cina. Pada abad ke tiga mereka pindah ke Turki dan Irak, ketika menetap
di Asia Tengah (Asia kecil) kota Syukud sebagai ibu kota, dibawah pimpinan
Ertoghrul.
Pemimpin usmani yang pertama
adalah Ertoghrul, meninggal dunia tahun
1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman I tahun 699 H (1300 M).
Selanjutnya Murad I, berkuasa (761 H/1359 M sampai 789H/1389 M) ia memperluas
wilayah ke Benua Eropa. Bayazid I (1389-1403M) pernah tercatat disejarah
sebagai perista gemilang bagi umat islam, dan tahun 1402M terjadi perperangan
dengan tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk. Usmani kalah, Bayazid dan
putranya tertawan hingga wafat tahun 1403 M. Sultan Muhammad I (1403-1421M),
Murad II (1421-1451 M), Muhammad II yang disebut juga dengan Muhammada Al-Fatih
(1451-1484 M), Sultan Salim (1512-1520 M), Sulatan Sulaiman Al-qanuni
(1520-1566 M), dan setelah wafatnya sultan Sulaiman Al-qanuni terjadi
kemunduran yang diakibatkan perebutan kekuasaan oleh putranya.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,
B, 2007. Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.
Supriyadi, D, 2008., Sejarah Peradapan Islam, Badung : Pustaka Setia.
0 komentar:
Posting Komentar