SEJARAH PENDIDIKAN
ISLAM PERIODE PEMBAHARUAN
POLA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan
dan kemunduran umat islam sebagaimana dampak pada masa sebelumnya, maka pada
garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga
pola tersebut antara lain:
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan
modern di Barat, pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Mereka
juga berpendapat bahwa apa yang dicapai bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak
lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang
pernah berkembang di Dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan
kesejahteraan tersebut harus di kuasai kembali.
Penguasaan harus dicapai melalui proses pendidikan,
untuk itu harus meniru pola pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat.
Dalam hal ini usaha pembaharuan pendidikan islam yang dilakukan adalah dengan
mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun
pendidikannya. Selain itu dilakukan juga pengiriman pelajar-pelajar ke Dunia
Barat terutama ke Prancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat ini, mula
timbul di Turki Usmani pada Akhir abad 11 H/17M, setelah kalah perang dengan
berbagai negara Eropa Timur, yang merupakan benih timbulnya usaha sekularisasi
Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki Modern. Sultan Mahmud II
(yang memerintah di Turki Usmani 1807-
1839 M), adalah pelopor pembaharuan pendidikan Turki.
Usaha pembaharuan pendidikan Islam yang dilaksakan
oleh Sultan Mahmud II sebagai berikut:
Ø Perubahan yang diadakan oleh sultan Mahmud II
kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan ialah perubahan
dalam bidang pendidikan.
Ø Mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa
jangan dihalangi untuk masuk madrasah.
Ø Mengadakan perubahan dalam kurikulum Madrasah dengan
menambahkan ilmu pengetahuan umum.
Ø Mendirikan dua sekolah pengetahuan umum yaitu
Mekteb-i Ulum (Sekolah Pengetahuan Umum), Mekteb-i Ulum-i Edebiye (Sekolah
Sastra). Kedua sekolah di ajarkan bahasa Perancis, ilmu bumi, ilmu ukur,
sejarah dan politik.
Ø Mendirikan sekolah militer, Sekolah teknik, Sekolah
kedokteran, dan Sekolah pembedahan.
Ø Mengirim siswa-siswa ke Eropa untuk memeperdalam
ilmu pengetahuan dan teknologi lansung dari pengembangannya.
Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke
Barat, juga dampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir yang berkuasa tahun
(1805M-1848 M). Muhammad Ali Pasya melaksakan pembaharuan pendidikan di Mesir,
mengadakan pembaharuan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang
meniru sistem pendidikan dan pengajaran Barat. Di sekolah sekolah tersebut di
ajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, bahkan untuk memenuhi tenaga guru ia
mendatangkan guru-guru dari Barat. Di samping itu mengirim sejumlah pelajar ke
Barat Dengan tujuan mereka menguasai ilmu pengetahuan Barat dan selanjutnya
mampu mengembangkan di Mesir.
Dalam Rangka mengalihkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang di Barat, Muhammad Ali menggalakkan penerjemahan
buku-buku Barat ke dalam bahasa Arab, Bahkan mendirikan sekolah penerjemahan.
2.
Gerakan pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi pada sumber islam yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya islam
sendiri merupakan sumber dari kemajuan dan perkembangan peradapan dan ilmu
pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada
hakekatnya mengandung potensu untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta
kekuatan bagi umat manusia.
Pola pembaharuan ini telah dirintis oleh Muhammad
bin Abdal Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afgani dan
Muhammad Abduh ( akhir abad 19 M ). Menurut Jamaluddin Al-Afgani, pemurnian
ajaran islam kembali kedalam Alqur’an dan Hadist dalam arti yang sebenarnya
tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa islam adalah sesuai dengan untuk semua
bangsa, semua zaman, dan semua keadaan.
Kalau kelihatan ada pertentangan tentang
ajaran-ajaran islam dengan kondisi yang dibawa perubahan zaman dan perubahan
kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru
tentang ajaran islam, seperti tercantum dalam Al-qur’an dan hadist. Untuk
interpretasi itu diperlukan Ijtihad dan karenanya pintu ijtihad harus karenanya
pintu ijtihad itu dibuka.
Keharusan pembukaan pintu ijtihad dan pemberantasan
taklid, selanjutnya memerlukan kekuatan akal. Dalam hal ini diperlukan
pendidikan intelektual. Menurut Muhammad Abduh Al-qur’an bukan semata berbicara
kepada hati manusia, tetapi juga kepada akalnya, Islam menurutnya adalah agama
rasional, dan dalam islam, akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi.
Kepercayaan kepada kekuatan akal adalah dasar peradapan suatu bangsa, dan
akallah yang menimbulkan kemajuan dan ilmu pengetahuan. Selain itu menurut
Muhammad Abduh, bahwa ilmu pengetahuan modern dan islam adalah sejalan dan
sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modren adalah sunnatullah, sedangkan
dasar islam adalah Wahyu Allah.Kedua-duanya berasal dari Allah, oleh karena itu
umat islam harus menguasai keduanya. Umat islam harus mempelajari dan
mementingkan ilmu pengetahuan modern disamping ilmu pengetahuan keagamaan.
3.
Usaha pembaharuan pendidikan islam yang
berorientasi pada nasionallisme.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan
berkembangnya pola kehidupan modern, dan mulai dari barat. Umat islam mendapati
kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang
dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Merekapu hidup bersama dengan
orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Ini jugalah yang mendorong
perkembangan rasa nasionalisme di dunia islam.
Di samping itu adanya keyakinan di kalangan
pemikir-pemikir pembaharuan di kalangan umat islam. Bahwa pada hakikatnya
ajaran islam bisa diterapkan dan sesuai dengan segala zaman dan tempat.
Golongan nasionalis ini, berusaha untuk memperbaiki
kehidupan umat islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat
islamyang bersangkutan. Dalam usaha tersebut, bukan semata-mata mengambil
unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi mengambil unsur-unsur yang
berasal dari budaya warisan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini, dkk. 1985. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Nizar, S. 2007. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar